Potensi Nagari

Identifikasi Potensi Nagari



 

Potensi menurut Nurhayani (2017) adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan seperti kekuatan, kesanggupan, dan daya yang bisa di kembangkan menjadi lebih besar. Istilah potensi tidak hanya ditunjukkan untuk manusia tetapi juga entitas lain, seperti istilah potensi daerah, potensi wisata dan lain sebagainya. Menurut Ahmad Soleh (2017) potensi lokal desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan, dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Soleh juga secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu potensi fisik dan potensi nonfisik. Yang termasuk ke dalam potensi fisik adalah tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang ternak, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Sedangkan potensi nonfisik berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan dan organisasi sosial desa, serta aparatur dan pamong desa.

 

Potensi pertanian/perkebunan

  1. Kebun Jeruk

    Di Korong Kampung Surau dulunya terdapat sebuah perkebunan jeruk yang luasnya kurang lebih 1,25 Hektar. Namun saat ini sudah tidak terurus lagi karena tidak adanya karyawan yang bekerja disana. Pemilik kebun sendiri pun tidak memiliki waktu untuk mengurus kebun jeruk ini. Untuk mengurus sebuah kebun jeruk dibutuhkan seseorang yang tinggal di dekat kebun. Pemilik tidak bisa memperkerjakan sembarangan orang, karena banyak orang yang tidak familiar mengurus kebun jeruk. Sebenarnya perkebunan jeruk dapat menjadi sumber pemasukan yang menjanjikan bagi masyarakat, seperti di desa Lolo Kecil, Kec. Bukit Kerman, Kab. Kerinci, Jambi. Namun yang menjadi permasalahan utama adalah keterbatasan informasi yang di dapat masyarakat mengenai teknik pengelolaan kebun jeruk. 

    Awalnya di desa Lolo Kecil, Kec. Bukit Kerman, Kab. Kerinci, Jambi hanya sedikit masyarakat yang mencoba untuk berkebun jeruk, namun setelah melihat hasil panen dari kebun jeruk tersebut, barulah kebun jeruk dilirik dan di perhitungkan disana. Jeruk yang mereka tanam biasanya jeruk madu, jeruk manis, dan jeruk gerga. Untuk memanen jeruk madu atau jeruk manis pada saat baru di tanam membutuhkan waktu 2,5 tahun. Biasanya mereka dapat memanen jeruk dua kali seminggu atau satu kali dua minggu. Jeruk tersebut dijual langsung ke toke seharga Rp 9.000/kg (pada tahun 2019). Jeruk yang di panen pun dapat mencapai satu ton per minggu.     Sedangkan untuk jeruk gerga membutuhkan waktu lima hingga delapan tahun baru bisa di panen. Jeruk gerga tergolong jeruk mahal karena perawatannya berbeda dari jeruk biasa. Jeruk gerga hanya dapat di panen satu kali dalam sebulan dan harganya Rp. 25.000/kg (pada tahun 2019). Jeruk gerga buahnya besar-besar.

 

  1. Padi/Jagung

    Menanam padi ataupun jangung sering kali dilakukan oleh masyarakat di nagari ini. Selain hama,  salah satu kendala dalam menanam padi atau jangung adalah adanya keterbatasan pupuk yang di peroleh oleh petani. Selain itu untuk menanam padi biasanya juga terkendala dalam pengairan sawah.

 

Potensi Lingkungan Geografis

  1. Wisata Seribu Ikan

    Tempat wisata yang berada di Korong Kampung Pinang ini merupakan tempat wisata yang belum lama ini di buka. Tempat ini menyajikan pemandangan hijau dengan aliran sungai serta terdapat ikan-ikan yang menjadi pemikat tempat wisata ini. Namun saat ini tempat wisata seribu ikan sedang dibenahi oleh pihak nagari dengan masyarakat sekitar agar lebih bersih dan tertata rapi. Salah satu kekurangan dari tempat wisata ini adalah minimnya lahan parkir untuk kendaraan roda dua dan roda empat. Tidak adanya lahan parkir dapat membuat pengunjung tidak jadi singgah. Hal ini tentunya dapat merugikan bagi tempat wisata.

 

  1. Wisata Bukik Bulek

    Tempat wisata Bukik Bulek merupakan sebuah tempat wisata yang berada di Padang Asam, Korong Kampung Padang. Tempat wisata ini masih dalam tahap pembangunan. Meskipun sudah dikunjungi oleh masyarakat sekitar, namun fasilitas yang tersedia masih sangat minim. Dalam beberapa tahun ke depan Bukik Bulek dicanangkan akan berdiri vila, taman, wahana sepeda gantung dan gedung serbaguna atau meeting room.

https://i.ytimg.com/vi/Qn0yDRCBn1k/maxresdefault.jpg

Gambar 1. Gambar rancangan pembangunan objek wisata Bukik Bulek.

Akses menuju tempat wisata bukik bulek dapat dikatakan kurang baik dimana terdapat jalan bebatuan dan rabat. Hal ini tentunya dapat menjadi perhatian nagari karena akses yang mudah ke sebuah tempat wisata, sangat mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke sana. 

  1. Wisata Batang Tiku

    Tempat wisata Batang Tiku berada di antara perbatasan Nagari III Koto Aur Malintang dengan Nagari III Koto Aur Malintang Selatan. Hampir sama dengan wisata seribu ikan, objek wisata ini menyajikan pemandangan hijau dengan aliran air yang cukup tenang, serta ikan-ikan yang menjadi daya tariknya. Di tepi aliran sungai dibangun tempat yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk bersantai. Tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi ketika memasuki lebaran. Saat ini, kondisi objek wisata ini sedikit terganggu karena adanya pembangunan jembatan.

https://www.wonderfulminangkabau.com/wp-content/uploads/2017/07/Webp.net-resizeimage-7.jpg

Gambar 2. Objek wisata Batang Tiku

 

Potensi Ternak

  1. Ayam 

    Di Nagari III Koto Aur Malintang ini terdapat beberapa masyarakat yang memiliki ternak ayam potong. Ternak ayam potong ini cukup menjanjikan karena waktu merawatnya yang singkat hanya 25 hari, tidak membutuhkan waktu yang lama seperti berternak sapi, kerbau, dan kambing. Untuk beternak ayam potong ini dibutuhkan modal yang cukup besar untuk pembuatan kandangnya, berkisar 100 - 500 juta tergantung ukuran kandangnya. Salah satu kandang ayam potong yang kami kunjungi berukuran 8m x 72m, menghabiskan uang untuk pembuatan kandang sebesar 400 juta. Namun berdasarkan wawancara dengan penjaga kandang, ia mengaku bahwa empat kali periode panen ayam dapat mengembalikan modal awal. Ternak ayam terdengar sangat menggiurkan bagi masyarakat, apabila dikembangkan dengan baik tentunya dapat menjadi mata pencaharian. Kendala dalam berternak ayam ini pun tentu ada seperti cuaca yang dapat mempengaruhi kondisi ayam, serta penyakit yang menyerang ayam. Beberapa masyarakat yang mencoba berternak ayam potong secara mandiri mengalami kerugian hingga gulung tikar karena kurangnya pengetahuan bagaimana cara merawat ayam potong ini dengan baik. Nagari, dapat melakukan kerjasama untuk penyuluhan, sosialisasi, maupun pendampingan kepada masyarakat agar pengetahuan masyarakat dalam beternak bertambah. Selain itu, di butuhkan juga solusi yang tepat agar kandang ayam potong ini tidak menimbulkan pencemaran udara yang menganggu masyarakat sekitar.

kandang ayam

Gambar 3. Peternakan ayam potong.

  1. Itik 

    Selain beternak ayam, di Nagari III Koto Aur Malintang juga dapat peternak itik petelur. Salah satu peternak itik yang kami wawancarai mengaku dalam 400 ekor itik dapat menghasilkan sekitar 210 butir telur dalam sehari. Untuk 30 butir telur itik dijual dengan harga Rp. 150.000. Untuk penjualannya sendiri biasanya peternak menjualnya ke warung-warung atau dibeli langsung oleh agen ke kandang itik. Kendala yang dihadapi selama bertenak itik adalah menjaga kondisi itik dari suara keras agar itik tidak terkejut yang nantinya menimbulkan kepanikan bagi itik.

 

kandang itik

Gambar 4. Peternakan Itik.

Sumber Daya Manusia

  1. Kelompok Tani

    Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk peningkatan pengembangan usaha. Kelompok tani sebagai pelaku utama menjadi salah satu kelembagaan pertanian yang berperan penting dan menjadi ujung tombak dalam pembangunan pertanian. Di Nagari ini terdapat cukup banyak kelompok Tani, namun disayangkan kelompok tani ini tidak aktif selalu, cenderung aktif hanya ketika bantuan datang. Padahal sebenarnya kelompok tani ini dapat lebih maju jika menjadi wadah bagi para petani untuk mendapatkan ilmu. Misalnya saja seperti diadakannya penyuluhan pembuatan pupuk organik cair, penyuluhan pengusiran hama, dll.

 

  1. Komunitas Amal Beramal

Amal Beramal merupakan gerakan pemuda/pemudi Nagari III Koto Aur Malintang yang dibentuk di masa pandemi Covid-19, kegiatan yang dilakukan oleh komunitas ini diantaranya membagikan sembako kepada warga yang tidak mendapatkan bantuan terkait dampak sosial ekonomi Covid-19 yang pendanaannya didapat dari donasi  masyarakat, baik yang ada di rantau maupun di nagari. Para pemuda saling bersinergi untuk membantu masyarakat yang terdampak sosial ekonomi pandemi covid-19   seperti lansia dan anak yatim.

 

  1. Ikatan Perantau

    Merantau merupakan suatu kebiasaan masyarakat Minang yang biasanya dilakukan untuk memperbaiki perekonomian. Para perantau yang berasal dari Nagari III Koto Amal tergabung dalam sebuah komunitas perantau dengan nama IKAKO AMAL (Ikatan Keluarga IV Koto Aur Malintang) yang kemudian terorganisir dengan baik. Dengan adanya komunitas ini, selain mempererat silaturahmi antar sesama perantau, juga menjadi wadah bersama untuk membangun nagari. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perantau ini adalah melakukan iuran dari masing-masing perantau yang mana nantinya uang yang telah dikumpulkan akan di pergunakan untuk membantu masyarakat nagari.

    Beberapa perantau secara individu juga melakukan sumbangan secara langsung ke nagari di luar iuran komunitas. Sumbangan tersebut di tujukan untuk masyarakat yang dilanda bencana dan kemiskinan. 


FwjluZJUCUQ05TzfrGMAhDQMUUX1kHqJh7oO0-OHNtWzZcy6SY9kIqxiHtwKEe2t7jwpemhsvYLZ49RCnbdmGjUOBhK4_QvYXJv50Lwe52hqyn5VbNiAOsUCaik75ParJg0PxCQ=s0
Gambar 5. Daftar perantau yang memberikan sumbangan  untuk penanggulangan dampak Covid-19.